skip to main |
skip to sidebar
Selamat malam, Hujan.
Lagi-lagi suara hujan yang menemaniku malam ini.
Angin dan dingin adalah penyebab terciptanya secangkir teh manis hangat ini.
Akhir-akhir ini hujan seakan gak rela buat gak bertemu aku walau hanya satu hari.
Aku memang suka hujan, suara gemerciknya menenangkan, menyejukkan.
Aku memang suka hujan, Aku pernah sakit karena hujan.
Sama seperti aku suka kamu, dan aku pernah sakit karena kamu.
Aku menikmati tetes demi tetes air yang jatuh.
Ada petir yang gak pernah bosan menemani hujan. Petir adalah bagian dari hujan.
Aku menerima hujan dengan petir, angin, dan badainya.
Aku suka hujan walau banyak orang mengira bahwa hujan adalah penyebab banjir, aku gak peduli.
Sama seperti aku menerimamu dengan segala kekuranganmu, tak peduli apa kata orang.
Aku suka hujan, karena hujan yang mengantarkanku ke pelukanmu, saat itu.
Aku suka hujan, karena hujan yang mengantarkanku kepada memori indah saat bersamamu.
Aku suka hujan, karena hujan yang mengantarkanku pada suatu keindahan, pelangi.
Aku suka hujan, walaupun becek dan gak ada ojek.
Sejenak ku melihat ke luar jendela, hujan masih asyik membasahi bumi.
Membawa anganku terbang ke saat-saat aku dan kamu kehujanan.
Mencari tempat berteduh, namun percuma.
Pakaian telah basah dan kita tetap berjalan, dalam hujan.
Kamu ingat?
Saat itu kamu kedinginan, menggigil, dipelukanku.
Kita tertawa, bersama.
Hingga dinginnya kalah dengan hangatnya senyum mu.
Kamu ingat, kan?
Sejak saat itu aku suka hujan.
Hujan gak pernah bosan menghadirkan keromantisan.
JEGEER !!! suara petir menyadarkanku dari lamunan tentang mu.
Ku ambil ponsel, ku cari namamu.
Gak ada! aku telah menghapusnya.
Kenapa aku mencarimu?
Bukankah aku telah menghapus segala tentangmu bersama hujan?
Ah...Aku kangen.
0 komentar:
Posting Komentar